Sabtu, 15 April 2017

Aset



Aset merupakan elemen neraca pembentuk informasi sematik berupa posisi keuangan dan merepesentasi potensi jasa fisis dan nonfisis yang memampukan badan usaha untukmnyediakan barang dan jasa. Secara resmi asset didefinisi sebagai manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang dikuasai oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu.
Manfaat ekonomik asset ditunjukkan oleh potensi jasa (service potential) atau utilitas (utility) yang melekat padanya yaitu suatu data atau kapasitas langka (scarce) yang dapat dimanfaatkan kesatuan usaha dalam upayanya untuk mendatangkan pendapatan melalui kegiatan ekonomik yaitu konsumsi, produksi, dan pertukaran.
Atas dasar konsep substansi daripada bentuk, suatu objek cukup dikuasai dan tidak perlu dimiliki oleh kesatuan usaha untuk dapat disebut sebagai asset kesatuan usaha. Penguasaan dapat diperoleh melalui pembelian, pemberian, penemuan, perjanjian, produksi, penjualan, pertukaran, peminjaman, penjaminan, penkonsignaan, dan berbagai transaksi komersial lainnya.
Penguasaan harus didahului oleh transaksi atau kejadian ekonomik. Bahwa asset harus timbul akibat transaksi atau kejadian masa lalu adalah criteria untuk memenuhi definisi tetapi bukan kriteria untuk pengakuan. manfaat ekonomik dan penguasaan atau hak atau manfaat saja tidak cukup untuk memasukkan objek ke dalam asset kesatuan usaha untuk dilaporkan via statemen keuangan (neraca). Criteria pengakuan yang lain harus dipenuhi (keterandalan, keberpautan, dan keterukuran). Jadi, definisi asset harus dibedakan dengan pengakuan asset. Definisi hanya salah satu kriteria pengakuan.
Beberapa karakteristik merupakan pendukung yang menyakinkan adanya asset. Karakteristik tersebut adalah melibatkan kos, berwujud trtukarkan, trpisahkan, dan enegasanatau kekuatan secara illegal. Karakteristik pendukung tersebut lebih menguatkan atau meyakinkan adanya set tetai tidak harus dipnuhi untuk memasukkan suatu objek sebagai asset.
Dengan konsep kontinuitas usaha, pos atau sumber ekonomik akan menghalangi tiga tahap perlakuan sejalan dengan aliran fisis kegiatan usaha yaitu tahap pemerolehan, pengolahan, dan penjualan/ penyerahan. Secara aliran informasi, aliran fisis suatu sumber ekonomik atau objek harus direpresentasi dalam kos sehingga hubungan antar objek bermakna sebagai informasi. Kos merupakan representasi kuantitatif suatu objek. Oleh karena itu, kos juga mengalami tiga tahap perlakuan akuntansi mengkuti aliran fisis, yaitu: pengukuran, penelusuran, dan pembebanan.
Criteria manfaat masa datang yang cukup pasti dalam definisi asset menjadikan terjadinya ppengeluaran yang menjadi kos mengalami masalah teknis yaitu dicatat sebagai asset atau biaya. kalau tia dicatat sebagai asset, tia dikategorikan mnjadi pengeluaran untuk capital sedangkan untuk tiadicatat untuk biaya, tia dikategorikan sebagai pengeluaranuntuk pendapatan.walaupun secara teknis kos dapat dicatat sebagai biaya, secara konseptual dianggap bahwa tia telah daicatat sebagai asetmeskipun sekejap. Artinya, dianggap kos dicatat sebagai asset dan pada saat yang sama langsung dipindah ke biaya. Karena hal inilah makna kos, biaya, dan asset sering dirancukan.
Penentuan kos suatu objek pada saat pemerolehan meupakan hal yang sangat kitis karena penentuan ini akan mempenguhi pengukuran asset dab biaya selanjutnya khususnya pada saat pembebanan. Pengukuran asset pada saat pemerolehan yang paling obyektif adalah penghagaan sepakat. Penghargaan sepakat meupakan estimato terbaik nilai kebenarannya. Penghargaan sepakat menghindari adanya transaksi sepihak dan menjamin bawa kos meupakan nilai wajar pada saat transaksi. Keobyektifan dapat dicapai khususnya untuk barang-barang yang standar yang mudah dijumpai di pasar bebas.
Kos yang melekat pada suatu asset ditentukan oleh batas kegiatan pemerolehan dan jenis penghargaan. Secara konseptual, pembentukan kos suatu asset adalah semua pengeluaran (pengorbanan sumber ekonomik) yang terjadi atau yang diperlukan akibat kegiatan pemerolehan suatu asset sampai tia ditempatkan dalam kondisi siap dipakai atau berfungsi sesuai dengan tujuan pmerolehannya. Pengeluaran selamaprioda pemerolehan masuk sebagai unsure kos asset.
Bila transaksi tejadi dalam mekanisme pasar bebas antara pihak independen, kos tunai adalah pengukur asset yang paling valid dan objektif. Bila kos barang atau jasayang diperoleh melalui petukaran dengan barang atau jasa lain (nonkas), kos merupakan jumlah rupiah tunai yang secara implisit melekat pada nilai jual barang atau jasa yang diserahkan dalam pertukaran tersebut.jumlah melekat ini disebut jumlah setara tunai atau kos tunai terkandung atau implisit dari wujud penghargaan yang diserahkan oleh pemeroleh asset.bila asset diperoleh tanpa penghargaan (misalnya hadiah), kos asset ditentukan atas dasar setara tunai atau kos tunai terkandung asset yang diterima pada saat transaksi atau kejadian. Cara penentuan kos adalah unik untuk berbagai jenis transaksi: barter, saham sebagai penghargaan, reorganisasi, hadiah/ hibah, temuan, dan pembelian kedit.
Potongan tunai secara teoretis tidak dapat diperlakukan sebagai pendapatan tetapi lebih mrupakan penghematan kos. Lebih jauh, kalau potongan tunai memang ditawarkan, ketidak mampuan memanfaatkan potongan merupakan suatu salah kelola sehingga jumlah itu harus diakui sebagai rugi. Kosyang merepresentasi rugi tidak dapat menjadi bagian dari asset karena hilangnya atau tiadanya manfaat ekonomik masa datang.
Penilaian adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada suatu pos asset pada aset pada saat akan dilaporkan atau disajikan dalam statemen keuangan pada tanggal tertentu.tujuan penilaian aset adalah merepresentasi atribut pos-pos aset yang berpaut dengan tujuan pelaporan keuangan dengan menggunakan basis penilaian yang sesuai. Penilaian dapat didasarkan pada nilai masukan atau keluaran bergantung pada tujuan merepresentasi aset. Secara umum nilai masukan terdiriatas harga jual masalalu, harga jual sekarang, dannilai terealisasi harapan. Nilai aset secara umum didasarkan pada nilai pertukaran dengan mempetimbangkan objektifitas penilaian dan relevansi terhadap aliran kas. Oleh kerena itu, tiap dasar penilaian mempunyai keunggulan dan kelemahan serta kondisi kterterapannya.
Pngakuan dan penyajian aset biasanya ditentukan dalam standar akuntansi yang mengatur tiap pos aset. Masalah akuntansi yang menyangkut pengakuan biasanya berkaitan dengan masalah apakah suatu kos atau jumlah rupiah yang terlibat dalam tansaksi, kejadian, atau keadaan tertentu dapat diasetkan. Hal ini biasanya berkaitan dengan antara lain sewaguna, bunga selama masa konstruksi aset tetap, riset, dan pengembangan, eksplorasi minyak dan gas bumi, rugi selisih kurs valuta asing, dan sumber daya manusia.

Minggu, 09 April 2017

Konsep Dasar



Konsep dasar secara implisit melekat pada tiap penalaran dalam perekayasaan akuntansi. Konsep dasar merupakan abstraksi atau konseptualisasi karakteristik lingkungan akuntansi. Konsep dasar bersifat asumsi yang validitasnya tidak selalu diuji tetapi bermanfaat sebagai basis penalaran.
Berbagai sumber menyajikan daftar konsep dasar yang berbeda-beda karena perbedaan persepsi terhadap arti penting suatu konsep untuk disebut sebagai konsep dasar. Konsep dasar yang satu dalam banyak hal merupakan turunan atau konsekuensi dari konsep dasar yang lain. Konsep dasar yang dikemukakan Paton&Littleton cukup lengkap dan terpadu dan dijadikan basis pembahasan dalam buku ini.
Kesatuan  usaha harus dianggap sebagai badan atau orang yang berdiri sendiri dan bertindak atas namanya sendiri serta terpisah dari pemilik. Batas kesatuan usaha adalah ekonomik bukan yuridis. Hubungan antara pemilik dan kesatuan usaha merupakan hubungan bisnis (utang-piutang).  Fungsi manajemen terpisah dengan fungsi pemilikan sehingga diperlukan pertanggungjawaban dalam bentuk statemen keuangan. Pendapatan dan biaya dipandang sebagai perubahan asset kesatuan usaha bukannya perubahan kekayaan pemilik. Karena hubungan bisnis harus dipertahankan, seperangkat statemen keuangan berartikulasi.
Kesatuan usaha dianggap akan berlangsung dan beroprasi terus dan tidak ada maksud untuk membubarkan. Data keuangan akan terjadi dan mengalir terus setiap waktu akibat kegiatan yang berlangsung terus tersebut. Kemajuan kesatuan usaha tidak dievaluasi pada saat likuidasi karena memang bukan likuidasi yang menjadi tujuan perusahaan. Aliran data harus dipenggal menjadi beberapa seri aliran dengan satuan waktu sebagai wadah penggalang. Statemen laba-rugi menjadi statemen yang sangat penting untuk menilai kemampuan melaba sementara neraca merupakan sarana untuk menunjukkan sisa potensi jasa. Informasi keuangan yang dituangkan dalam statemen keuangan periodik harus dianggap bersifat sementara (tentatif) dan bukannya tuntas (final). Informasi keuangan jangka panjang yang terdiri atas serangkain statemen kronologis akan lebih objektif dan dapat diandalkan dibandingkan dengan laporan untuk satu penggalan waktu saja.
Kos atau penghargaan sepakatan merupakan bahan olah akuntansi yang paling objektif. Setiap objek  yang terlibat dalam transaksi atau kejadian harus dinyatakan dalam bahan olah ini agar dapat diproses lebih lanjut. Kos merupakan pengukur atau pengkuatifikasi untuk menyatakan berbagai macam objek. Kos mempresentasi realitas kegiatan ekonomi kesatuan usaha untuk menghasilkan informasi semantik tentang realitas tersebut. Kos adalah pengukur sedangkan biaya adalah elemen atau objek yang diukur.
Kos melekat pada objek kegiatan yang kontinus dalam upaya mnghasilkan pendapatan. Untuk mempresentasikan kegiatan tersebut,akuntansi menggunakan kos untuk merunut kegiatan produktif kesatuan usaha. Akuntansi menggambungkan berbagai kos yang melekat pada tiap komponen kegiatan tanpa memperhatikan nilai ekonomi baru yang melekat pada barang yang dihasilkan. Tambahan utilitas barang atau produk diakui setelah terjadinya transaksi penjualan dan kos baru sebagai penghargaan masuk ke kesatuan usaha.
Biaya merupakan upaya untuk mendatangkan hasil berupa pendapatan. Tidak ada pendapatan tanpa biaya. Kos yang melekat ada barang atau jasa yang diserahkan kepada pembeli merupakan pengukur upaya (effort) sedangkan kos yang masuk ke kesatuan usaha dari pembeli atas penyerahan barang atau jasa tesebut merupakan pengukur hasil (accomplishment) yang dicapai. Laba yang tepat dapat diukur kalau kos yang keluar (sebagai pengukur upaya) ditandingkan atau diasosiasi dengan “kos” yang masuk (sebagai pengukur hasil) dengan penakaran yang tepat. Penakar penandingan dapat berupa unit produk (alasan ideal) atau periode waktu (alasan kepraktisan).
Informasi keuangan akan dapat diandalkan dan tidak menyesatkan kalau informasi tesebut didukung dengan bukti yang objektif dan dapat diuji kebenarannya (terferivikasi). Tidak seperti ilmu pasti, akuntansi tidak mendasarkan diri pada objektifitas dan veriabilitas mutlak melainkan pada objektivitas dan verifiabilitas relative atas dasar pertimbangan keadaan dan fakta yang melingkupi suatu transaksi atau kejadian.
Akuntansi memerlukan asumsi-asumsi sebagai landasan penalaran. Konsep dasar dalam banyak hal merupakan asumsi atau paling tidak dilandasi oleh asumsi-asumsi yang validitasnya sulit diuji secara objektif  tetapi bermanfaat untuk basis pemilihan konsep atau prinsip. Validitas konsep dasar hanya dapat dievaluasi atas dasar intuisi, harapan nomal, atau realitas empiris.
Akuntansi yang dikenal sekarang ini sebenarnya dilandasi oleh suatu lingkungan yang melindungi atau mengakui hak milik pribadi sehingga pertanggungjawaban bisnis menjadi sangat penting.
Keseragaman dalam pelaporan merupakan syarat untuk membantu pembandingan. Akan tetapi, keseragaman yang kaku justru akan menyembunyikan karakteristik penting yang harus diungkapkan secara unik. Oleh karena itu, standart akuntansi harus memberi keleluasan kepada kesatuan usaha secara individual dalam batas-batas yang realistik dan bermakna (meaningful) untuk menyajikan informasi yang paling sesuai dengan karakteristik usahanya.
Konservatisma merupakan konsep dasar yang menjadi landasan penentu perlakuan akuntansi dalam kondisi ketidakpastian. Secara umum, akuntansi menghadapi pilihan untuk mengakui pendapatan (laba) atau rugi yang kepastiannya bergantung pada keadaan di masa datang.
Pengendalian internal yang baik merupakan prasyarat tercapainya keterandalan data akuntansi. Pengendalian internal yang memadai memungkinkan dicapainya keterverifikasian dan keobjektifan bukti yang paling tinggi. stuktur pengendalian internal menjadi sasaran bagi auditor untuk dievaluasi untuk menentukan luasnya pengumpulan bukti audit.

Minggu, 02 April 2017

Rerangka Konseptual-Suatu Model



Rerangka konseptual versi FASB merupakan suatu model hasil perekayasaan yang dapat dijadikan acuan penalaran untuk pengembangan rerangka acuan baru untuk konteks lingkungan yang berbeda. Model ini dipilih karena rerangka ini merupakan model peratama yang disusun dan memuat secara lengkap penjelasan, penalaran, dan argument sehingga sangat cocok untuk bahan pembelajaran dan pendidikan teori akuntasi.
RK FASB memuat empat komponen konsep utama yaitu: tujuan pelaporan keuangan (bisnis dan non bisnis), karakteristik kualitatif informasi, elemen statemen keuangan, dan pengukuran dan pengakuan (termasuk penggunaan nilai sekarang). Rerangka ini merupakan kulminasi dari upaya-upaya sebelumnya oleh berbagai badan dan komite eksekutif AAA sampai komite Trueblood. Komponen-komponen tersebut berkaitan secara logis dan koheren serta menggambarkan tahapan proses perkayasaan pelaporan keuangan.
Tujuan merupakan komponen utama rerangka konseptual. FASB berusaha untukmelekatkan tujuan fungsional akuntansi dengan memfokuskan pada investor dan kreditor sebagai pihak dominan yang dituju. Pemfokusan tersebut didasarkan atas konteks lingkungan di Amerika. Secara implicit RK FASB disusun dalam rangka membantu pencapaian tujuan ekonomik nasional. Keputusan investasi dan kredit adalah keputusan yang ingin dilayani oleh penyediaan informasi melalui pelaporan keuangan. Untuk organisasi non bisnis, tujuan pelaporan adalah melayani berbagai keputusan nasional tentang alokasi dana ke organisasi non bisnis.
Tujuan pelapoan menentukan karakteristik kualitatif informasi yang harus disediakan. Agar bermanfaat, informasi akuntansi harus berpaut dengan keputusan dan terandalkan. Keberpautan dan keterandalan meupakan kualitas yang harus adadan melekat pada tiap informasi. Terdapat saling-korban antara kedua kualitas tersebut tetapi penekanan pada salah satu kualitas tidak berarti meniadakan kualitas yang lain. Karakteristik kualitatif  merupakan suatu  hierarki yang menjadi dasar untuk menentukan apakah suatu informasi akan disajikan melalui statemen keuangan atau media pelaporan lainnya.
Atas dasar tujuan pelaporan dan kualitas informasi, harus di identifikasi fenomena atau realitas dan di simbolkannya secara tepat melalui elemen statemen keuangan. Elemen statemen keuangan adalah makna  (meaning) atau konstruksi (construct) yang sengaja ditentukan untuk merepresentasi realitas kegiatan perusahaan sehingga oang dapat membayangkan realitas tersebut tanpa harus menyaksikan sendiri secara fisis kegiatan tersebut. Elemen-elemen statemen keuangan memuat system informasi sematik yang berpaut dengan keputusan investasi dan kredit yaitu posisi keuangan, perubahan posisi keuangan, kemampuan melaba, kemampuan menciptakan aliran kas, kinerja manajemen, dan pertanggung jawaban manajemen.
Elemen-elemen statemen keuangan harus diukur untuk membentuk informasi sematik yaitu elemen (object), ukuran (size), dan hubungan (relationship). Pengukuran adalah penentuan besarnya unit pengukur yang akan dilekatkan pada suatu objek (elemen atau pos) yang telibat dalam suatu transaksi, kejadian, atau keadaan untuk mempresentasi makna (atribut) objek tersebut sehingga dua objek atau lebih dapat dibedakan dan dipebandingkan atas dasar makna tersebut.
Empat kriteria pengakuan utama (fundamental) adalah definisi, kterukuran, keberpautan, dan keterandalan dalam lingkup kualitas informasi batas atas (benefit>kos) dan batas bawah (materialitas).
Harus dibedakan antara pelaporan keuangan dan statemen keuangan. Keduanya mempunyai tujuan yang sama tetapi suatu informasi akan lebih baik (efektif) disampaikan melalui statemen keuangan sementara informasi yang lain akan lebih baik disampaikan melalui media selain statemen keuangan.

Minggu, 26 Maret 2017

Perekayasaan Pelaporan Keuangan



PEREKAYASAAN PELAPORAN KEUANGAN
Kenapa pelaporan keuangan perlu direkayasa? Apa mungkin teori akuntansi mengajari cara untuk korupsi? Hahaa coba berfikir positif, katakan NO pada korupsi ya man. Memang sih akhir-akhir ini diberitakan mega korupsi E-KTP, tapi pasti teori akuntansi nggak ngajari korupsi kok. Untuk itu mari kita pelajari bersama apa itu Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Oke langsung saja. Eh tapi jangan ditiru ya korupsi oleh wakil rakyat tersebut. Saya memakai buku Suwardjono.

Dengan seperangkat pengetahuan akuntansi sebagai teknologi, orang akan mampu merekayasa suatu  mekanisme pelaporan keuangan untuk suatu Negara. Salah satu  tujuan yang dapat dicapai dengan perekayasaan ini adalah alokasi sumber daya ekonomi secara efektif dan efisien. Pelaporan keuangan nasional harus direkayasa secara seksama untuk mengendalikan alokasi tersebut secara automatis dengan mempengaruhi perilaku pengambilan keputusan ekonomi yang dominan melalui informasi keuangan. Agar terjadi pengendalian automatis, penyedian informasi harus dilakukan dengan cara tertentu berupa prinsip akuntansi berterima umum.
Pelaporan keuangan adalah  struktur dan proses yang menggambarkan bagaimana informasi keuangan disediakan dan dilaporkan untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan yang pasti akan membantu pencapaian tujuan ekonomik dan sosial Negara. pelaporan keuangan sebagai system nasional merupakan hasil proses perekayasaan akuntansi.
 Perekayasaan pelaporan keuangan adalah pemikiran logis, deduktif, dan objektif untuk memilih dan mengaplikasi ideologi, teori, konsep dasar, teknik, prosedur, dan teknologi yang tersedia secara teoritis dan praktis untuk mencapai  tujuan Negara melalui tujuan pelaporan keuangan dengan mempertimbangkan factor social, ekonomi, polotik, dan budaya Negara. Hasil perekayasaan dituangkan dalam suatu dokumen resmi yang disebut rerangka konseptual yang fungsinya dapat dianalogi dengan konstitusi.
Dari segi semantika dalam teori komunikasi, perekayasaan pelaporan keuangan adalah proses untuk menentukan bagaimana kegiatan fisis operasi perusahaan disimbolkan dalam bentuk elemen-elemen statemen keuangan sehingga orang yang dituju oleh statemen keuangan dapat membayangkan operasi perusahaan (paling tidak secara financial) tanpa harus menyaksikan secara fisis kegiatan perusahaan. Perekayasaan dilakukan oleh pihak nasional dan mempunyai wawasan teori akuntansi yang kuat.
Sebagai dokumen, rerangka konseptual akan berisi komponen konsep yang terdiri atas tujuan (objectives) dan hal-hal mendasar (fundamentals) yang saling berkaitan. Komponen konsep yang biasanya dicakupi dalam rerangka konseptual adalah tujuan pelaporan keuangan, kiteria kualitas informasi, elemen-elemen statemen keuangan dan pengukuran dan pengakuan. Sebagai konstitusi rerangka konseptual menjelaskan, menentukan dan mengarahkan sifat, fungsi, dan pelaporan dan statemen keuangan dalam suatu Negara.
Karena rerangka konseptual mempertimbangkan faktor lingkungan tempat akuntansi diterapkan, rerangka konseptual yang dihasilkan dapat berbeda satu Negara dengan Negara lain. Keunggulan rerangka konseptual FASB terhadap IASC adalah dalam aspek pendidikan.
Tiga pengertian penting:
1.      Prinsip akuntansi
Ialah segala ideology, gagasan, asumsi, konsep, postulat, kaidah, prosedur, metoda, dan teknik akuntansi yang tersedia baik secara teoritis danpraktis yang berfungsi sebagai pengetahuan.
2.      Standar akuntansi
Ialah konsep, pinsip, metode, teknik, dan lainnya yang sengaja dipilih dan diberlakukan dalam suatu lingkungan/ Negara dan dituangkan dalam bentuk dokumen resmi (pernyataan) untuk dijadikan pedoman utama praktek akuntansi.
3.      Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU)
Suatu rerangka pedoman yang terdiri atas standar akuntansi dan sumber-sumber lain yang didukung berlakunya secara resmi, yuridis, teoritis, dan praktis.