Minggu, 26 Maret 2017

Perekayasaan Pelaporan Keuangan



PEREKAYASAAN PELAPORAN KEUANGAN
Kenapa pelaporan keuangan perlu direkayasa? Apa mungkin teori akuntansi mengajari cara untuk korupsi? Hahaa coba berfikir positif, katakan NO pada korupsi ya man. Memang sih akhir-akhir ini diberitakan mega korupsi E-KTP, tapi pasti teori akuntansi nggak ngajari korupsi kok. Untuk itu mari kita pelajari bersama apa itu Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Oke langsung saja. Eh tapi jangan ditiru ya korupsi oleh wakil rakyat tersebut. Saya memakai buku Suwardjono.

Dengan seperangkat pengetahuan akuntansi sebagai teknologi, orang akan mampu merekayasa suatu  mekanisme pelaporan keuangan untuk suatu Negara. Salah satu  tujuan yang dapat dicapai dengan perekayasaan ini adalah alokasi sumber daya ekonomi secara efektif dan efisien. Pelaporan keuangan nasional harus direkayasa secara seksama untuk mengendalikan alokasi tersebut secara automatis dengan mempengaruhi perilaku pengambilan keputusan ekonomi yang dominan melalui informasi keuangan. Agar terjadi pengendalian automatis, penyedian informasi harus dilakukan dengan cara tertentu berupa prinsip akuntansi berterima umum.
Pelaporan keuangan adalah  struktur dan proses yang menggambarkan bagaimana informasi keuangan disediakan dan dilaporkan untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan yang pasti akan membantu pencapaian tujuan ekonomik dan sosial Negara. pelaporan keuangan sebagai system nasional merupakan hasil proses perekayasaan akuntansi.
 Perekayasaan pelaporan keuangan adalah pemikiran logis, deduktif, dan objektif untuk memilih dan mengaplikasi ideologi, teori, konsep dasar, teknik, prosedur, dan teknologi yang tersedia secara teoritis dan praktis untuk mencapai  tujuan Negara melalui tujuan pelaporan keuangan dengan mempertimbangkan factor social, ekonomi, polotik, dan budaya Negara. Hasil perekayasaan dituangkan dalam suatu dokumen resmi yang disebut rerangka konseptual yang fungsinya dapat dianalogi dengan konstitusi.
Dari segi semantika dalam teori komunikasi, perekayasaan pelaporan keuangan adalah proses untuk menentukan bagaimana kegiatan fisis operasi perusahaan disimbolkan dalam bentuk elemen-elemen statemen keuangan sehingga orang yang dituju oleh statemen keuangan dapat membayangkan operasi perusahaan (paling tidak secara financial) tanpa harus menyaksikan secara fisis kegiatan perusahaan. Perekayasaan dilakukan oleh pihak nasional dan mempunyai wawasan teori akuntansi yang kuat.
Sebagai dokumen, rerangka konseptual akan berisi komponen konsep yang terdiri atas tujuan (objectives) dan hal-hal mendasar (fundamentals) yang saling berkaitan. Komponen konsep yang biasanya dicakupi dalam rerangka konseptual adalah tujuan pelaporan keuangan, kiteria kualitas informasi, elemen-elemen statemen keuangan dan pengukuran dan pengakuan. Sebagai konstitusi rerangka konseptual menjelaskan, menentukan dan mengarahkan sifat, fungsi, dan pelaporan dan statemen keuangan dalam suatu Negara.
Karena rerangka konseptual mempertimbangkan faktor lingkungan tempat akuntansi diterapkan, rerangka konseptual yang dihasilkan dapat berbeda satu Negara dengan Negara lain. Keunggulan rerangka konseptual FASB terhadap IASC adalah dalam aspek pendidikan.
Tiga pengertian penting:
1.      Prinsip akuntansi
Ialah segala ideology, gagasan, asumsi, konsep, postulat, kaidah, prosedur, metoda, dan teknik akuntansi yang tersedia baik secara teoritis danpraktis yang berfungsi sebagai pengetahuan.
2.      Standar akuntansi
Ialah konsep, pinsip, metode, teknik, dan lainnya yang sengaja dipilih dan diberlakukan dalam suatu lingkungan/ Negara dan dituangkan dalam bentuk dokumen resmi (pernyataan) untuk dijadikan pedoman utama praktek akuntansi.
3.      Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU)
Suatu rerangka pedoman yang terdiri atas standar akuntansi dan sumber-sumber lain yang didukung berlakunya secara resmi, yuridis, teoritis, dan praktis.

Minggu, 19 Maret 2017

Penalaran (Reasoning)



PENALARAN (REASONING)
Penalaran sangat penting perannya dalam belajar teori akuntansi karena teori akuntansi menuntut kemampuan penalaran yang memadai.teori akuntansi banyak melibatkan proses penilaian kelayakan dan validitas suatu pernyataan dan argumen. penalaran memberi keyakinan bahwa suatu pernyataan atau agumen layak untuk diterima atau ditolak. Penalaran merupakan pengetahuan tentang prinsip-prinsip berpikir logis yang menjadi basis dalam diskusi ilmiah. Penalaran juga merupakan suatu cirri sikap (attitude) ilmiah yang sangat menuntut kesungguhan (commitment) dalam menemukan kebenenaran ilmiah.
Pengertian
Menurut Suwardjono “Penalaran adalah poses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan (belief) terhdap suatu pernyataan atau asersi (assertion). “
Unsur dan Struktur Penalaran
Struktur dan proses penalaran dibangun atas 3 konsep, yaitu:
1.      Asersi (assertion) adalah suatu pernyataan (biasanya positif) yang menegaskan bahwa sesuatu (misalnya teori) adalah benar.
2.      Keyakinan (belief) adalah tingkat kebersediaan (willingness) untuk menerima bahwa suatu pernyataan atau teori (penjelasan) mengenai suatu fenomena atau gejala (alam atau sosial) adalah benar.
3.      Argumen (argument) adalah serangkaian asersi beserta keterkaitan (Artikulasi) dan inferensi ataupenyimpulan yang digunakan untuk mendukung suatu keyakinan.
ASERSI
Asersi (penyataan) memuat penegasan tentang sesuatu atau realitas. Pada umumnya asersi dinyatakan dalam bentuk kalimat. Bebeapa asersi mengandung pengkuatifikasi yaitu semua (all), tidak ada (no), dan beberapa (some). Berdasarkan kuantifikasinya asersi dibedakan menjadi 2:
1.      Asersi Universal (semua dan tidak ada).
2.      Asersi spesifik (beberapa atau/ sedikit, banyak, sebagian besar, atau bilangan tertentu).
Interprestasi Asersi
Untuk menerima kebenaran suatu asersi, harus diastikan lebih dahulu apa arti atau maksud asersi. Untuk memahami maksud asersi, orang juga harus mempunyai pengetahuan tentang subjek atau topik yang dibahas.
Asersi untuk Evaluasi Istilah
Representasi asersi dalam bentuk diagram dapat digunakan untuk mengevaluasi ketepatan makna suatu istilah. Penyimpangan makna mengisyaratkan bahwa argument atau penalaran dibalik pembentukan istilah tidak valid.
Jenis Asersi (pernyataan)
Bila dikaitkan dengan fakta pendukung, asersi dapat diklasifikasikan menjadi 3:
1.      Asumsi (assumption) adalah asersi yang diyyakini benar meskipun orang tidak dapat mengajukan atau menunjukkan bukti tentang kebenarannya secara meyakinkan atau asersi yang orang bersedia untuk menerima sebagai benar untuk keperluan diskusi atau debat.
2.      Hipotesis (hypothesisi) adalah asersi yang kebenrannya belum atau tidak diketahui tetapi diyakini bahwa asersitersebut dapat diuji kebenarannya.
3.      Pernyataan fakta (statement of fact) adalah asersi yang bukti tentang kebenarannya diyakini sangat kuat atau bahkan tidak dapat dibantah.
Fungsi Asersi
Dalam argument, asersi dapat berfungsi sebagai pemis (premise) dan konklusi (conclusion). Premis adalah asersi yang digunakan untuk mendukung suatu konklusi. Konklusi adalah asersi yang diturunkan dari serangkaian asersi. Suatu argument paling tidak berisi satu premis dan satu konklusi.   
KEYAKINAN
Keyakinan terhadap asersi adalah tingkat ketersediaan untuk menerima bahwa asersi tersebut benar. Keyakinan diperoleh karena kepercayaan tentang kebenaran yng diletakkan pada suatu asersi. Dapat dikatakan bahwa keyakina merupakan produk, hasil, atau tujuan suatu penalaran.
Properitas Keyakinan
Semua penalaran bertujuan untuk menghasilkan keyakinan terhadap asersi yang menjadi konklusi penalaran. Pemahaman terhadap bberapa properitas (sifat) keyakinan sangat penting dalam mencapai keberhasilan berargumen. Beberapa properitas keyakinan yang pelu disadari dalam berargumen:
1.      Keadabenaran. Keadabenaran atau plausibilitas (pplausibility) suatu asersi begantung pada apa yang diketahui tentang isi asersi atau pengetahuan yang mendasari (the underlying knowledge) dan pada sumber asersi (the source).
2.      Bukan pendapat. Keyakinan adalah sesuatu yang harus dappat ditunjukkan atau dibuktikan secara objektif apakah dia salah atau benar dan sesuatu yang diharapkan menghasilkan kesepakatan (agreement) oleh setiap orang yang mengevaluasinya atas dasar fakta objektif.
3.      Bertingkah. Keyakinan yang didapat dari suatu asersi tidak bersifat mutlak tetapi bergradasi mulai dari sangat meragukan sampai sangat meyakinkan (convincing).
4.      Berbias. Keyakinan dipengaruhi oeh preferensi, keinginan atau kepentingan pribadi yang karena suatu ha peru dipertahankan.
5.      Bermuatan niai. Adalah tingkat penting tidaknya sesuatu keyakinan perlu dipegang atau dipertahankan seseorang.
6.      Berkekuatan. Adalah tingkay kepercayaan yang diekatkan seseorangpada kebenaran suatu asersi.
7.      Veridikal. Adalah tingkat kesesuaian keyakinan dengan relitas.
8.      Berketertempaan. Berkaitan dengan mudah tidaknya keyakinan tersebut diubah dengan adanya informasi yang relevan.
ARGUMEN
Menurut Nickerson (1986) “an argument is an effort to convince someone to believe or to do something. An argument is a set of assertion, one of which is a conclusion or key assertion, and the rest of which are intended to support that conclusion or key assertion.” (hlm 69).
Anatomi Argumen
Argument terdiri atas serangkaian asersi. Asersi berkaitan dengan yang lain dalam bentuk inferensi atau penyimpuan. Asersi dapat berfungsi premis atau konklusi (asersi kunci) yang merupakan komponen argument.
Jenis Argumen
1.      Argumen Deduktif
·         Argument deduktif adalah proses penyimpulan yang berawal dari suatu pernyataan umum yang disepakati (premis) ke pernyataan khusus sebagai simpulan (konklusi).
·         Evaluasi penalaran deduktif
Tujuanya adalah untuk menentukan apakah konklusi argument benar dan meyakinkan. Untuk menilai suatu argument deduktif (logis), Nickerson (1986) mengajukan empat pertanyaan yang harus dijawab, yaitu:
1)      Apakah lengkap?
2)      Apakah artinya jelas?
3)      Apakah valid?
4)      Apakah premis dapat dipercaya?
2.      Argument induktif
·         Argument induktif adalah proses penalaran berawal dari suatu pernyataan khusus dan berakir dengan pernyataan umum yang merupakan generalisasi dari keadaan khusus tersebut.
·         Penalaran induktif dalam akuntansi
Penalaran induktif dalam akuntansi umumnya digunakan untuk menghasilkan pernyataan-pernyataan umum yang menjadi penjelasan (teori) terhadp gejala akuntansi tertentu. Penalaran induktif tidak dapat dipisahkan dari penalaran deduktif. Premis dalam penalaran deduktif dapat merupakan hasil dari suatu penalaran induktif, demikian juga proporsi-proporsi akuntansi yang diajukan dalam penelitian biasanya diturunkan dengan penalaran deduktif.
3.      Argument non deduktif lainnya
·         Argumen dengan Analogi
Penalaran dengan analogi adalah penalaran yang menurunkan konklusi atas dasar kesamaan atau kemiripan karakteristik, pola, fungsi atau hubungan unsur (sistem) suatu objek yang disebutkan dalam suatu asersi. Analogi bukan merupakan suatu bentuk pembuktian namun merupakan sarana meyakinkan bahwa suatu konklusi mempunyai kebolehjadian untuk benar.
·         Argumen sebab akibat
Argumen dengan penyebaban/generalisasi kausal adalah menyatakan konklusi sebagai akibat dari asersi tertentu. Kaidah untuk menguji adanya hubungan kausal adalah apa yang disebut kaidah kecocokan (method of agreement), kaidah kecocokan negatif (negative canon of agreement) dan kaidah perbedaan (method of difference) atau ketiganya disebut kaidah Mill
·         Kriteria Penyebaban
Dalam menguji dan menyatakan bahwa suatu faktor (C) menyebabkan gejala atau variabel lain (Z) terjadi, tiga kriteria berikut harus dipenuhi :
1)      C dan Z bervariasi bersama. Bila C berubah, Z juga berubah.
2)       Perubahan C terjadi sebelum atau mendahului perubahan Z terjadi.
3)      Tidak ada faktor lain selain C yang memopengaruhi perubahan Z.
Kecohan (fallacy)
Cederblom and Paulsen mendefinisikan kecohan sebagai berikut : "Fallacy is a kind of argument or appeal that tends to persuade us, even though it is faulty... Fallacies are arguments that tends to persuade but should not persuade".
Bila terdapat suatu asersi yang nyatanya membujuk dan dianut banyak orang padahal seharusnya tidak lantaran argumen yang diajukan mengandung cacat (faulty), maka pasti terjadi kesalahan yang disebut kecohan(fallacy). Kecohan berdasarkan dari maksud untuk berargumen, dibagi menjadi dua yaitu stratagem dan reasoning fallacy.
1.      Stratagem
Stratagem adalah pendekatan atau cara-cara untuk mempengaruhi keyakinan orang dengan cara selain mengajukan argumen yang valid atau masuk akal. Stratagem biasanya dilakukan untuk membela pendapat yang sebenarnya keliru atau lemah dan tidak dapat dipertahankan secara logis. Stratagem dapat mengandung kebohongan dan muslihat. Berikut stratagem yang sering dijumpai dalam diskusi atau perdebatan baik politis maupun akademik:
·         Persuasi Taklangsung
merupakan stratagem untuk meyakinkan seseorang akan kebenaran suatu pernyataan bukan langsung melalui argumen atau penalaran melainkan melalui cara-cara yang sama sekali tidak berkaitan dengan validitas argumen. Banyak dijumpai dalam iklan.
·         Membidik orangnya
Stratagem yang dilakukan untuk melemahkan atau menjatuhkan suatu posisi atau pernyataan dengan cara menghubungkan pernyataan atau argumen yang diajukan seseorang dengan pribadi orang tersebut.
·         Menyampingkan masalah
Stratagem ini dilakukan dengan cara mengajukan argumen yang tidak bertumpu pada masalah pokok atau dengan cara mengalihkan masalah ke masalah lain yang tidak bertautan.
·         Misrepresentasi
Stratagem yang dilakukan dengan cara memutarbalikkan atau menyembunyikan fakta baik secara halus maupun terang-terangan. dapat dilakukan dengan cara: mengekstremkan posisi lawan, menyelahartikan maksud baik posisi lawan atau menonjolkan kelemahan dan menyembunyikan keunggulan argumen lawan.
·         Imbauan cacah
Stratagem ini dilakukan untuk mendukung suatu posisi dengan menunjukkan bahwa banyak orang melakukan apa yang dikandung posisi tersebut.
·         Imbauan autoritas
Stratagem ini dilakukan untuk meningkatkan daya bujuk suatu posisi dengan menunjukkan bahwa posisi tersebut dipegang oleh orang yang mempunyai otoritas dalam masalah bersangkutan tanpa menunjukkan bagaimana otoritas bernalar.
·         Imbauan Tradisi
Stratgem ini dilakukan untuk mendukung suatu posis/keyakinan dengan menunjukkan bahwa sesuatu telah lama dilakukan/menjadi tradisi.
·         Dilema semu
Taktik seseorang untuk mengaburkan argumen dengan cara menyajikan gagasannya dan satu alternatif lain kemudian mengkarakterisasi alternatif lain sangat jelek, merugikan atau mengerikan sehingga tidak ada cara lain kecuali menerima apa yang diusulkan penggagas.
·         Imbauan Emosi
emosi orang yang dituju diagitasi sehingga dia merasa tidak enak untuk tidak menerima alasan yang diajukan. Dapat dibagi dua : imbauan belas kasih (appeal to pity) dan imbauan tekanan (appeal to force)
2.      Salah Nalar (Reasoning Fallacy)
Salah Nalar adalah kesalahan struktur atau proses formal penalaran dalam menurunkan simpulan, sehingga simpulan menjadi salah atau tidak valid. Salah nalar biasanya bukan kesengajaan dan tidak dimaksudkan untuk mengecoh atau mengelabui. Berikut beberapa salah nalar yang banyak dijumpai dalam diskusi atau karya tulis profesional, akademik atau ilmiah :
·         Menegaskan konsekuen
Agar argumen valid maka kita harus mengikuti kaidah menegaskan anteseden. Bila simpulan diambil dengan pola premis yang menegaskan konsekuen akan terjadi salah nalar.
·         Menyangkal anteseden
Suatu argumen yang mengandung penyangkalan akan valid apabila konsklusi ditarik mengikuti kaidah konsekuen. Bila simpulan diambil dengan struktur premis yang menyangkal anteseden, simpulan akan menjadi tidak valid.
·         Pentaksaan (Equivocation)
Salah nalar dapat terjadi apabila ungkapan dalam premis satu mempunyai makna yang berbeda dengan ungkapan dalam premis lainnya.
·         Perampatan-lebih (Overgeneralization)
Salah nalar yang terjadi akibat melekatkan karakteriskti sebagian kecil anggota ke seluruh anggota himpunan, kelas atau kelompok secara berlebihan.
·         Parsialitas
Kesalahan nalar yang terjadi ketika menarik konsklusi hanya atas dasar sebagian dari bukti yang tersedia yang kebetulan mengandung konsklusi.
·         Pembuktian dengan analogi
Analogi bukan merupakan cara untuk membuktikan validitas atau kebenaran asersi namun lebih merupakan sarana untuk meyakinkan bahwa asersi konsklusi mempunyai kebolehjadian(likelihood) untuk benar. Bila premis benar, konklusi atas dasar analogi belum tentu benar.
·         Merancukan urutan kejadian dengan penyebaban
Kesalahan yang dilakukan orang yang merancukan urutan kejadian dengan penyebab. Bila kejadian B selalu mengikuti kejadian A, orang cenderung menyimpulkan bahwa B disebabkan oleh A.
·         Menarik Simpulan Pasangan
Salah nalar yang terjadi ketika orang menyimpulkan bahwa suatu konsklusi salah lantaran argumen tidak disajikan dengan meyakinkan (tidak konsklusif) sehingga dia lalu menyimpulkan bahwa kosnklusi atau posisi pasanganlah yang benar. Mirip dengan bentuk salah nalar menyangkal anteseden.
Aspek Manusia dalam Penalaran
Manusia tidak selalu rasional dan bersedia berargumen, sementara itu tidak semua asersi dapat ditentukan kebenarannya secara obyektif dan tuntas. Berikut ini aspek manusia yang menjadi penghalang penalaran dan pengembangan ilmu :
1.      Penjelasan sederhana
Orang sering puas dengan penjelasan sederhana sehingga dia tidak lagi berupaya untuk mengevaluasi secara seksama kelayakan penjelasan dan membandingkannya dengan penjelasan alternatif (tidak kritis dalam menerima penjelasan)
2.       Kepentingan mengalahkan nalar
Orang memiliki kepentingan tertentu (vested interest) sehingga memaksa orang tersebut memihak suatu posisi meskipun posisi tersebut lemah dalam segi argument
3.      Sindroma Tes Klinis
Seseorang mempunyai pandangan yang menurut dirinya sebenarnya keliru atau tidak valid lagi karena ada pandangan atau gagasan baru namun akademisi tersebut tidak berani membaca sumber gagasan baru karena takut pendapatnya yang telah disebarkan benar-benar keliru
4.      Mentalitas Djoko Tingkir
Menggambarkan lingkungan akademis atau profesi dimana ilmuwan atau akademisi merasa di bawah kekuasaan kolega senior sehingga sering memihak senior dan mengajarkan apa yang sebenarnya salah dengan menyembunyikan yang valid untuk menghormati senior, atau untuk melindungi diri dari tekanan senior
5.      Merasionalkan daripada menalar
Orang ada kalanya berusaha mencari justifikasi untuk membenarkan posisinya. Sikap merasionalkan ini dapat terjadi karena keterbatasan pengetahuan orang bersangkutan dalam topik yang dibahas tetapi orang tersebut tidak mau mengakuinya.
6.      Persistensi
Orang sering berteguh atau persisten terhadap keyakinannya meskipun terdapat argumen yang kuat bahwa keyakinan tersebut sebenarnya salah sehingga dai harus melepaskan keyakinan tersebut