PENALARAN
(REASONING)
Penalaran
sangat penting perannya dalam belajar teori akuntansi karena teori akuntansi
menuntut kemampuan penalaran yang memadai.teori akuntansi banyak melibatkan
proses penilaian kelayakan dan validitas suatu pernyataan dan argumen.
penalaran memberi keyakinan bahwa suatu pernyataan atau agumen layak untuk
diterima atau ditolak. Penalaran merupakan pengetahuan tentang prinsip-prinsip
berpikir logis yang menjadi basis dalam diskusi ilmiah. Penalaran juga
merupakan suatu cirri sikap (attitude) ilmiah yang sangat menuntut
kesungguhan (commitment) dalam menemukan kebenenaran ilmiah.
Pengertian
Menurut
Suwardjono “Penalaran adalah poses berpikir logis dan sistematis untuk
membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan (belief) terhdap suatu
pernyataan atau asersi (assertion). “
Unsur
dan Struktur Penalaran
Struktur
dan proses penalaran dibangun atas 3 konsep, yaitu:
1.
Asersi
(assertion) adalah suatu pernyataan (biasanya positif) yang menegaskan
bahwa sesuatu (misalnya teori) adalah benar.
2.
Keyakinan
(belief) adalah tingkat kebersediaan (willingness) untuk menerima bahwa
suatu pernyataan atau teori (penjelasan) mengenai suatu fenomena atau gejala
(alam atau sosial) adalah benar.
3.
Argumen
(argument) adalah serangkaian asersi beserta keterkaitan (Artikulasi)
dan inferensi ataupenyimpulan yang digunakan untuk mendukung suatu keyakinan.
ASERSI
Asersi
(penyataan) memuat penegasan tentang sesuatu atau realitas. Pada umumnya asersi
dinyatakan dalam bentuk kalimat. Bebeapa asersi mengandung pengkuatifikasi
yaitu semua (all), tidak ada (no), dan beberapa (some).
Berdasarkan kuantifikasinya asersi dibedakan menjadi 2:
1.
Asersi
Universal (semua dan tidak ada).
2.
Asersi
spesifik (beberapa atau/ sedikit, banyak, sebagian besar, atau bilangan
tertentu).
Interprestasi
Asersi
Untuk
menerima kebenaran suatu asersi, harus diastikan lebih dahulu apa arti atau
maksud asersi. Untuk memahami maksud asersi, orang juga harus mempunyai
pengetahuan tentang subjek atau topik yang dibahas.
Asersi
untuk Evaluasi Istilah
Representasi
asersi dalam bentuk diagram dapat digunakan untuk mengevaluasi ketepatan makna
suatu istilah. Penyimpangan makna mengisyaratkan bahwa argument atau penalaran
dibalik pembentukan istilah tidak valid.
Jenis
Asersi (pernyataan)
Bila
dikaitkan dengan fakta pendukung, asersi dapat diklasifikasikan menjadi 3:
1.
Asumsi
(assumption) adalah asersi yang diyyakini benar meskipun orang tidak
dapat mengajukan atau menunjukkan bukti tentang kebenarannya secara meyakinkan
atau asersi yang orang bersedia untuk menerima sebagai benar untuk keperluan
diskusi atau debat.
2.
Hipotesis
(hypothesisi) adalah asersi yang kebenrannya belum atau tidak diketahui
tetapi diyakini bahwa asersitersebut dapat diuji kebenarannya.
3.
Pernyataan
fakta (statement of fact) adalah asersi yang bukti tentang kebenarannya
diyakini sangat kuat atau bahkan tidak dapat dibantah.
Fungsi
Asersi
Dalam
argument, asersi dapat berfungsi sebagai pemis (premise) dan konklusi (conclusion).
Premis adalah asersi yang digunakan untuk mendukung suatu konklusi. Konklusi
adalah asersi yang diturunkan dari serangkaian asersi. Suatu argument paling
tidak berisi satu premis dan satu konklusi.
KEYAKINAN
Keyakinan
terhadap asersi adalah tingkat ketersediaan untuk menerima bahwa asersi
tersebut benar. Keyakinan diperoleh karena kepercayaan tentang kebenaran yng
diletakkan pada suatu asersi. Dapat dikatakan bahwa keyakina merupakan produk,
hasil, atau tujuan suatu penalaran.
Properitas
Keyakinan
Semua
penalaran bertujuan untuk menghasilkan keyakinan terhadap asersi yang menjadi
konklusi penalaran. Pemahaman terhadap bberapa properitas (sifat) keyakinan
sangat penting dalam mencapai keberhasilan berargumen. Beberapa properitas
keyakinan yang pelu disadari dalam berargumen:
1.
Keadabenaran.
Keadabenaran atau plausibilitas (pplausibility) suatu asersi begantung pada apa
yang diketahui tentang isi asersi atau pengetahuan yang mendasari (the
underlying knowledge) dan pada sumber asersi (the source).
2.
Bukan
pendapat. Keyakinan adalah sesuatu yang harus dappat ditunjukkan atau dibuktikan
secara objektif apakah dia salah atau benar dan sesuatu yang diharapkan
menghasilkan kesepakatan (agreement) oleh setiap orang yang mengevaluasinya
atas dasar fakta objektif.
3.
Bertingkah.
Keyakinan yang didapat dari suatu asersi tidak bersifat mutlak tetapi
bergradasi mulai dari sangat meragukan sampai sangat meyakinkan (convincing).
4.
Berbias.
Keyakinan dipengaruhi oeh preferensi, keinginan atau kepentingan pribadi yang
karena suatu ha peru dipertahankan.
5.
Bermuatan
niai. Adalah tingkat penting tidaknya sesuatu keyakinan perlu dipegang atau
dipertahankan seseorang.
6.
Berkekuatan.
Adalah tingkay kepercayaan yang diekatkan seseorangpada kebenaran suatu asersi.
7.
Veridikal.
Adalah tingkat kesesuaian keyakinan dengan relitas.
8.
Berketertempaan.
Berkaitan dengan mudah tidaknya keyakinan tersebut diubah dengan adanya
informasi yang relevan.
ARGUMEN
Menurut
Nickerson (1986) “an argument is an effort
to convince someone to believe or to do something. An argument is a set of
assertion, one of which is a conclusion or key assertion, and the rest of which
are intended to support that conclusion or key assertion.” (hlm 69).
Anatomi Argumen
Argument
terdiri atas serangkaian asersi. Asersi berkaitan dengan yang lain dalam bentuk
inferensi atau penyimpuan. Asersi dapat berfungsi premis atau konklusi (asersi
kunci) yang merupakan komponen argument.
Jenis Argumen
1.
Argumen
Deduktif
·
Argument
deduktif adalah proses penyimpulan yang berawal dari suatu pernyataan umum yang
disepakati (premis) ke pernyataan khusus sebagai simpulan (konklusi).
·
Evaluasi
penalaran deduktif
Tujuanya adalah
untuk menentukan apakah konklusi argument benar dan meyakinkan. Untuk menilai
suatu argument deduktif (logis), Nickerson (1986) mengajukan empat pertanyaan
yang harus dijawab, yaitu:
1)
Apakah
lengkap?
2)
Apakah
artinya jelas?
3)
Apakah
valid?
4)
Apakah
premis dapat dipercaya?
2.
Argument
induktif
·
Argument
induktif adalah proses penalaran berawal dari suatu pernyataan khusus dan
berakir dengan pernyataan umum yang merupakan generalisasi dari keadaan khusus
tersebut.
·
Penalaran
induktif dalam akuntansi
Penalaran
induktif dalam akuntansi umumnya digunakan untuk menghasilkan pernyataan-pernyataan
umum yang menjadi penjelasan (teori) terhadp gejala akuntansi tertentu.
Penalaran induktif tidak dapat dipisahkan dari penalaran deduktif. Premis dalam
penalaran deduktif dapat merupakan hasil dari suatu penalaran induktif,
demikian juga proporsi-proporsi akuntansi yang diajukan dalam penelitian
biasanya diturunkan dengan penalaran deduktif.
3.
Argument
non deduktif lainnya
·
Argumen dengan
Analogi
Penalaran dengan analogi adalah
penalaran yang menurunkan konklusi atas dasar kesamaan atau kemiripan karakteristik,
pola, fungsi atau hubungan unsur (sistem) suatu objek yang disebutkan dalam
suatu asersi. Analogi bukan merupakan suatu bentuk pembuktian namun merupakan
sarana meyakinkan bahwa suatu konklusi mempunyai kebolehjadian untuk benar.
·
Argumen sebab
akibat
Argumen dengan penyebaban/generalisasi
kausal adalah menyatakan konklusi sebagai akibat dari asersi tertentu. Kaidah
untuk menguji adanya hubungan kausal adalah apa yang disebut kaidah kecocokan
(method of agreement), kaidah kecocokan negatif (negative canon of agreement)
dan kaidah perbedaan (method of difference) atau ketiganya disebut kaidah Mill
·
Kriteria
Penyebaban
Dalam menguji dan menyatakan bahwa suatu
faktor (C) menyebabkan gejala atau variabel lain (Z) terjadi, tiga kriteria
berikut harus dipenuhi :
1) C
dan Z bervariasi bersama. Bila C berubah, Z juga berubah.
2) Perubahan C terjadi sebelum atau mendahului
perubahan Z terjadi.
3) Tidak
ada faktor lain selain C yang memopengaruhi perubahan Z.
Kecohan
(fallacy)
Cederblom and Paulsen
mendefinisikan kecohan sebagai berikut : "Fallacy
is a kind of argument or appeal that tends to persuade us, even though it is
faulty... Fallacies are arguments that tends to persuade but should not
persuade".
Bila terdapat suatu
asersi yang nyatanya membujuk dan dianut banyak orang padahal seharusnya tidak
lantaran argumen yang diajukan mengandung cacat (faulty), maka pasti terjadi
kesalahan yang disebut kecohan(fallacy). Kecohan berdasarkan dari maksud untuk
berargumen, dibagi menjadi dua yaitu stratagem dan reasoning fallacy.
1.
Stratagem
Stratagem
adalah pendekatan atau cara-cara untuk mempengaruhi keyakinan orang dengan cara
selain mengajukan argumen yang valid atau masuk akal. Stratagem biasanya
dilakukan untuk membela pendapat yang sebenarnya keliru atau lemah dan tidak
dapat dipertahankan secara logis. Stratagem dapat mengandung kebohongan dan
muslihat. Berikut stratagem yang sering dijumpai dalam diskusi atau perdebatan
baik politis maupun akademik:
·
Persuasi
Taklangsung
merupakan stratagem untuk meyakinkan
seseorang akan kebenaran suatu pernyataan bukan langsung melalui argumen atau
penalaran melainkan melalui cara-cara yang sama sekali tidak berkaitan dengan
validitas argumen. Banyak dijumpai dalam iklan.
·
Membidik
orangnya
Stratagem yang dilakukan untuk
melemahkan atau menjatuhkan suatu posisi atau pernyataan dengan cara
menghubungkan pernyataan atau argumen yang diajukan seseorang dengan pribadi
orang tersebut.
·
Menyampingkan
masalah
Stratagem ini dilakukan dengan cara
mengajukan argumen yang tidak bertumpu pada masalah pokok atau dengan cara
mengalihkan masalah ke masalah lain yang tidak bertautan.
·
Misrepresentasi
Stratagem yang dilakukan dengan cara
memutarbalikkan atau menyembunyikan fakta baik secara halus maupun
terang-terangan. dapat dilakukan dengan cara: mengekstremkan posisi lawan,
menyelahartikan maksud baik posisi lawan atau menonjolkan kelemahan dan
menyembunyikan keunggulan argumen lawan.
·
Imbauan cacah
Stratagem ini dilakukan untuk mendukung
suatu posisi dengan menunjukkan bahwa banyak orang melakukan apa yang dikandung
posisi tersebut.
·
Imbauan
autoritas
Stratagem ini dilakukan untuk
meningkatkan daya bujuk suatu posisi dengan menunjukkan bahwa posisi tersebut
dipegang oleh orang yang mempunyai otoritas dalam masalah bersangkutan tanpa
menunjukkan bagaimana otoritas bernalar.
·
Imbauan Tradisi
Stratgem ini dilakukan untuk mendukung
suatu posis/keyakinan dengan menunjukkan bahwa sesuatu telah lama
dilakukan/menjadi tradisi.
·
Dilema semu
Taktik seseorang untuk mengaburkan
argumen dengan cara menyajikan gagasannya dan satu alternatif lain kemudian
mengkarakterisasi alternatif lain sangat jelek, merugikan atau mengerikan
sehingga tidak ada cara lain kecuali menerima apa yang diusulkan penggagas.
·
Imbauan Emosi
emosi orang yang dituju diagitasi sehingga
dia merasa tidak enak untuk tidak menerima alasan yang diajukan. Dapat dibagi
dua : imbauan belas kasih (appeal to pity) dan imbauan tekanan (appeal to
force)
2.
Salah Nalar
(Reasoning Fallacy)
Salah
Nalar adalah kesalahan struktur atau proses formal penalaran dalam menurunkan
simpulan, sehingga simpulan menjadi salah atau tidak valid. Salah nalar
biasanya bukan kesengajaan dan tidak dimaksudkan untuk mengecoh atau
mengelabui. Berikut beberapa salah nalar yang banyak dijumpai dalam diskusi
atau karya tulis profesional, akademik atau ilmiah :
·
Menegaskan
konsekuen
Agar argumen valid maka kita harus
mengikuti kaidah menegaskan anteseden. Bila simpulan diambil dengan pola premis
yang menegaskan konsekuen akan terjadi salah nalar.
·
Menyangkal
anteseden
Suatu argumen yang mengandung
penyangkalan akan valid apabila konsklusi ditarik mengikuti kaidah konsekuen.
Bila simpulan diambil dengan struktur premis yang menyangkal anteseden,
simpulan akan menjadi tidak valid.
·
Pentaksaan
(Equivocation)
Salah nalar dapat terjadi apabila
ungkapan dalam premis satu mempunyai makna yang berbeda dengan ungkapan dalam
premis lainnya.
·
Perampatan-lebih
(Overgeneralization)
Salah nalar yang terjadi akibat
melekatkan karakteriskti sebagian kecil anggota ke seluruh anggota himpunan, kelas
atau kelompok secara berlebihan.
·
Parsialitas
Kesalahan nalar yang terjadi ketika
menarik konsklusi hanya atas dasar sebagian dari bukti yang tersedia yang
kebetulan mengandung konsklusi.
·
Pembuktian
dengan analogi
Analogi bukan merupakan cara untuk membuktikan
validitas atau kebenaran asersi namun lebih merupakan sarana untuk meyakinkan
bahwa asersi konsklusi mempunyai kebolehjadian(likelihood) untuk benar. Bila
premis benar, konklusi atas dasar analogi belum tentu benar.
·
Merancukan
urutan kejadian dengan penyebaban
Kesalahan yang dilakukan orang yang
merancukan urutan kejadian dengan penyebab. Bila kejadian B selalu mengikuti
kejadian A, orang cenderung menyimpulkan bahwa B disebabkan oleh A.
·
Menarik Simpulan
Pasangan
Salah nalar yang terjadi ketika orang
menyimpulkan bahwa suatu konsklusi salah lantaran argumen tidak disajikan
dengan meyakinkan (tidak konsklusif) sehingga dia lalu menyimpulkan bahwa
kosnklusi atau posisi pasanganlah yang benar. Mirip dengan bentuk salah nalar
menyangkal anteseden.
Aspek
Manusia dalam Penalaran
Manusia tidak selalu
rasional dan bersedia berargumen, sementara itu tidak semua asersi dapat
ditentukan kebenarannya secara obyektif dan tuntas. Berikut ini aspek manusia
yang menjadi penghalang penalaran dan pengembangan ilmu :
1.
Penjelasan
sederhana
Orang
sering puas dengan penjelasan sederhana sehingga dia tidak lagi berupaya untuk
mengevaluasi secara seksama kelayakan penjelasan dan membandingkannya dengan
penjelasan alternatif (tidak kritis dalam menerima penjelasan)
2.
Kepentingan mengalahkan nalar
Orang
memiliki kepentingan tertentu (vested interest) sehingga memaksa orang tersebut
memihak suatu posisi meskipun posisi tersebut lemah dalam segi argument
3.
Sindroma Tes
Klinis
Seseorang
mempunyai pandangan yang menurut dirinya sebenarnya keliru atau tidak valid
lagi karena ada pandangan atau gagasan baru namun akademisi tersebut tidak
berani membaca sumber gagasan baru karena takut pendapatnya yang telah
disebarkan benar-benar keliru
4.
Mentalitas Djoko
Tingkir
Menggambarkan
lingkungan akademis atau profesi dimana ilmuwan atau akademisi merasa di bawah
kekuasaan kolega senior sehingga sering memihak senior dan mengajarkan apa yang
sebenarnya salah dengan menyembunyikan yang valid untuk menghormati senior,
atau untuk melindungi diri dari tekanan senior
5.
Merasionalkan
daripada menalar
Orang
ada kalanya berusaha mencari justifikasi untuk membenarkan posisinya. Sikap
merasionalkan ini dapat terjadi karena keterbatasan pengetahuan orang
bersangkutan dalam topik yang dibahas tetapi orang tersebut tidak mau
mengakuinya.
6.
Persistensi
Orang
sering berteguh atau persisten terhadap keyakinannya meskipun terdapat argumen
yang kuat bahwa keyakinan tersebut sebenarnya salah sehingga dai harus
melepaskan keyakinan tersebut