Minggu, 09 April 2017

Konsep Dasar



Konsep dasar secara implisit melekat pada tiap penalaran dalam perekayasaan akuntansi. Konsep dasar merupakan abstraksi atau konseptualisasi karakteristik lingkungan akuntansi. Konsep dasar bersifat asumsi yang validitasnya tidak selalu diuji tetapi bermanfaat sebagai basis penalaran.
Berbagai sumber menyajikan daftar konsep dasar yang berbeda-beda karena perbedaan persepsi terhadap arti penting suatu konsep untuk disebut sebagai konsep dasar. Konsep dasar yang satu dalam banyak hal merupakan turunan atau konsekuensi dari konsep dasar yang lain. Konsep dasar yang dikemukakan Paton&Littleton cukup lengkap dan terpadu dan dijadikan basis pembahasan dalam buku ini.
Kesatuan  usaha harus dianggap sebagai badan atau orang yang berdiri sendiri dan bertindak atas namanya sendiri serta terpisah dari pemilik. Batas kesatuan usaha adalah ekonomik bukan yuridis. Hubungan antara pemilik dan kesatuan usaha merupakan hubungan bisnis (utang-piutang).  Fungsi manajemen terpisah dengan fungsi pemilikan sehingga diperlukan pertanggungjawaban dalam bentuk statemen keuangan. Pendapatan dan biaya dipandang sebagai perubahan asset kesatuan usaha bukannya perubahan kekayaan pemilik. Karena hubungan bisnis harus dipertahankan, seperangkat statemen keuangan berartikulasi.
Kesatuan usaha dianggap akan berlangsung dan beroprasi terus dan tidak ada maksud untuk membubarkan. Data keuangan akan terjadi dan mengalir terus setiap waktu akibat kegiatan yang berlangsung terus tersebut. Kemajuan kesatuan usaha tidak dievaluasi pada saat likuidasi karena memang bukan likuidasi yang menjadi tujuan perusahaan. Aliran data harus dipenggal menjadi beberapa seri aliran dengan satuan waktu sebagai wadah penggalang. Statemen laba-rugi menjadi statemen yang sangat penting untuk menilai kemampuan melaba sementara neraca merupakan sarana untuk menunjukkan sisa potensi jasa. Informasi keuangan yang dituangkan dalam statemen keuangan periodik harus dianggap bersifat sementara (tentatif) dan bukannya tuntas (final). Informasi keuangan jangka panjang yang terdiri atas serangkain statemen kronologis akan lebih objektif dan dapat diandalkan dibandingkan dengan laporan untuk satu penggalan waktu saja.
Kos atau penghargaan sepakatan merupakan bahan olah akuntansi yang paling objektif. Setiap objek  yang terlibat dalam transaksi atau kejadian harus dinyatakan dalam bahan olah ini agar dapat diproses lebih lanjut. Kos merupakan pengukur atau pengkuatifikasi untuk menyatakan berbagai macam objek. Kos mempresentasi realitas kegiatan ekonomi kesatuan usaha untuk menghasilkan informasi semantik tentang realitas tersebut. Kos adalah pengukur sedangkan biaya adalah elemen atau objek yang diukur.
Kos melekat pada objek kegiatan yang kontinus dalam upaya mnghasilkan pendapatan. Untuk mempresentasikan kegiatan tersebut,akuntansi menggunakan kos untuk merunut kegiatan produktif kesatuan usaha. Akuntansi menggambungkan berbagai kos yang melekat pada tiap komponen kegiatan tanpa memperhatikan nilai ekonomi baru yang melekat pada barang yang dihasilkan. Tambahan utilitas barang atau produk diakui setelah terjadinya transaksi penjualan dan kos baru sebagai penghargaan masuk ke kesatuan usaha.
Biaya merupakan upaya untuk mendatangkan hasil berupa pendapatan. Tidak ada pendapatan tanpa biaya. Kos yang melekat ada barang atau jasa yang diserahkan kepada pembeli merupakan pengukur upaya (effort) sedangkan kos yang masuk ke kesatuan usaha dari pembeli atas penyerahan barang atau jasa tesebut merupakan pengukur hasil (accomplishment) yang dicapai. Laba yang tepat dapat diukur kalau kos yang keluar (sebagai pengukur upaya) ditandingkan atau diasosiasi dengan “kos” yang masuk (sebagai pengukur hasil) dengan penakaran yang tepat. Penakar penandingan dapat berupa unit produk (alasan ideal) atau periode waktu (alasan kepraktisan).
Informasi keuangan akan dapat diandalkan dan tidak menyesatkan kalau informasi tesebut didukung dengan bukti yang objektif dan dapat diuji kebenarannya (terferivikasi). Tidak seperti ilmu pasti, akuntansi tidak mendasarkan diri pada objektifitas dan veriabilitas mutlak melainkan pada objektivitas dan verifiabilitas relative atas dasar pertimbangan keadaan dan fakta yang melingkupi suatu transaksi atau kejadian.
Akuntansi memerlukan asumsi-asumsi sebagai landasan penalaran. Konsep dasar dalam banyak hal merupakan asumsi atau paling tidak dilandasi oleh asumsi-asumsi yang validitasnya sulit diuji secara objektif  tetapi bermanfaat untuk basis pemilihan konsep atau prinsip. Validitas konsep dasar hanya dapat dievaluasi atas dasar intuisi, harapan nomal, atau realitas empiris.
Akuntansi yang dikenal sekarang ini sebenarnya dilandasi oleh suatu lingkungan yang melindungi atau mengakui hak milik pribadi sehingga pertanggungjawaban bisnis menjadi sangat penting.
Keseragaman dalam pelaporan merupakan syarat untuk membantu pembandingan. Akan tetapi, keseragaman yang kaku justru akan menyembunyikan karakteristik penting yang harus diungkapkan secara unik. Oleh karena itu, standart akuntansi harus memberi keleluasan kepada kesatuan usaha secara individual dalam batas-batas yang realistik dan bermakna (meaningful) untuk menyajikan informasi yang paling sesuai dengan karakteristik usahanya.
Konservatisma merupakan konsep dasar yang menjadi landasan penentu perlakuan akuntansi dalam kondisi ketidakpastian. Secara umum, akuntansi menghadapi pilihan untuk mengakui pendapatan (laba) atau rugi yang kepastiannya bergantung pada keadaan di masa datang.
Pengendalian internal yang baik merupakan prasyarat tercapainya keterandalan data akuntansi. Pengendalian internal yang memadai memungkinkan dicapainya keterverifikasian dan keobjektifan bukti yang paling tinggi. stuktur pengendalian internal menjadi sasaran bagi auditor untuk dievaluasi untuk menentukan luasnya pengumpulan bukti audit.