Minggu, 04 Juni 2017
Minggu, 28 Mei 2017
Minggu, 21 Mei 2017
Minggu, 14 Mei 2017
Minggu, 07 Mei 2017
Sabtu, 15 April 2017
Aset
Aset
merupakan elemen neraca pembentuk informasi sematik berupa posisi keuangan dan
merepesentasi potensi jasa fisis dan nonfisis yang memampukan badan usaha
untukmnyediakan barang dan jasa. Secara resmi asset didefinisi sebagai manfaat
ekonomik masa datang yang cukup pasti yang dikuasai oleh suatu entitas sebagai
akibat transaksi atau kejadian masa lalu.
Manfaat
ekonomik asset ditunjukkan oleh potensi jasa (service potential) atau
utilitas (utility) yang melekat padanya yaitu suatu data atau kapasitas
langka (scarce) yang dapat dimanfaatkan kesatuan usaha dalam upayanya untuk
mendatangkan pendapatan melalui kegiatan ekonomik yaitu konsumsi, produksi, dan
pertukaran.
Atas
dasar konsep substansi daripada bentuk, suatu objek cukup dikuasai dan tidak
perlu dimiliki oleh kesatuan usaha untuk dapat disebut sebagai asset kesatuan
usaha. Penguasaan dapat diperoleh melalui pembelian, pemberian, penemuan,
perjanjian, produksi, penjualan, pertukaran, peminjaman, penjaminan,
penkonsignaan, dan berbagai transaksi komersial lainnya.
Penguasaan
harus didahului oleh transaksi atau kejadian ekonomik. Bahwa asset harus timbul
akibat transaksi atau kejadian masa lalu adalah criteria untuk memenuhi
definisi tetapi bukan kriteria untuk pengakuan. manfaat ekonomik dan penguasaan
atau hak atau manfaat saja tidak cukup untuk memasukkan objek ke dalam asset kesatuan
usaha untuk dilaporkan via statemen keuangan (neraca). Criteria pengakuan yang
lain harus dipenuhi (keterandalan, keberpautan, dan keterukuran). Jadi,
definisi asset harus dibedakan dengan pengakuan asset. Definisi hanya salah
satu kriteria pengakuan.
Beberapa
karakteristik merupakan pendukung yang menyakinkan adanya asset. Karakteristik tersebut
adalah melibatkan kos, berwujud trtukarkan, trpisahkan, dan enegasanatau
kekuatan secara illegal. Karakteristik pendukung tersebut lebih menguatkan atau
meyakinkan adanya set tetai tidak harus dipnuhi untuk memasukkan suatu objek
sebagai asset.
Dengan
konsep kontinuitas usaha, pos atau sumber ekonomik akan menghalangi tiga tahap
perlakuan sejalan dengan aliran fisis kegiatan usaha yaitu tahap pemerolehan, pengolahan,
dan penjualan/ penyerahan. Secara aliran informasi, aliran fisis suatu sumber
ekonomik atau objek harus direpresentasi dalam kos sehingga hubungan antar
objek bermakna sebagai informasi. Kos merupakan representasi kuantitatif suatu
objek. Oleh karena itu, kos juga mengalami tiga tahap perlakuan akuntansi
mengkuti aliran fisis, yaitu: pengukuran, penelusuran, dan pembebanan.
Criteria
manfaat masa datang yang cukup pasti dalam definisi asset menjadikan terjadinya
ppengeluaran yang menjadi kos mengalami masalah teknis yaitu dicatat sebagai asset
atau biaya. kalau tia dicatat sebagai asset, tia dikategorikan mnjadi pengeluaran
untuk capital sedangkan untuk tiadicatat untuk biaya, tia dikategorikan sebagai
pengeluaranuntuk pendapatan.walaupun secara teknis kos dapat dicatat sebagai
biaya, secara konseptual dianggap bahwa tia telah daicatat sebagai asetmeskipun
sekejap. Artinya, dianggap kos dicatat sebagai asset dan pada saat yang sama
langsung dipindah ke biaya. Karena hal inilah makna kos, biaya, dan asset sering
dirancukan.
Penentuan
kos suatu objek pada saat pemerolehan meupakan hal yang sangat kitis karena
penentuan ini akan mempenguhi pengukuran asset dab biaya selanjutnya khususnya
pada saat pembebanan. Pengukuran asset pada saat pemerolehan yang paling
obyektif adalah penghagaan sepakat. Penghargaan sepakat meupakan estimato
terbaik nilai kebenarannya. Penghargaan sepakat menghindari adanya transaksi
sepihak dan menjamin bawa kos meupakan nilai wajar pada saat transaksi. Keobyektifan
dapat dicapai khususnya untuk barang-barang yang standar yang mudah dijumpai di
pasar bebas.
Kos yang
melekat pada suatu asset ditentukan oleh batas kegiatan pemerolehan dan jenis
penghargaan. Secara konseptual, pembentukan kos suatu asset adalah semua
pengeluaran (pengorbanan sumber ekonomik) yang terjadi atau yang diperlukan
akibat kegiatan pemerolehan suatu asset sampai tia ditempatkan dalam kondisi
siap dipakai atau berfungsi sesuai dengan tujuan pmerolehannya. Pengeluaran selamaprioda
pemerolehan masuk sebagai unsure kos asset.
Bila
transaksi tejadi dalam mekanisme pasar bebas antara pihak independen, kos tunai
adalah pengukur asset yang paling valid dan objektif. Bila kos barang atau
jasayang diperoleh melalui petukaran dengan barang atau jasa lain (nonkas), kos
merupakan jumlah rupiah tunai yang secara implisit melekat pada nilai jual
barang atau jasa yang diserahkan dalam pertukaran tersebut.jumlah melekat ini
disebut jumlah setara tunai atau kos tunai terkandung atau implisit dari wujud penghargaan
yang diserahkan oleh pemeroleh asset.bila asset diperoleh tanpa penghargaan
(misalnya hadiah), kos asset ditentukan atas dasar setara tunai atau kos tunai terkandung
asset yang diterima pada saat transaksi atau kejadian. Cara penentuan kos
adalah unik untuk berbagai jenis transaksi: barter, saham sebagai penghargaan,
reorganisasi, hadiah/ hibah, temuan, dan pembelian kedit.
Potongan
tunai secara teoretis tidak dapat diperlakukan sebagai pendapatan tetapi lebih
mrupakan penghematan kos. Lebih jauh, kalau potongan tunai memang ditawarkan,
ketidak mampuan memanfaatkan potongan merupakan suatu salah kelola sehingga
jumlah itu harus diakui sebagai rugi. Kosyang merepresentasi rugi tidak dapat
menjadi bagian dari asset karena hilangnya atau tiadanya manfaat ekonomik masa
datang.
Penilaian
adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada suatu pos asset pada aset
pada saat akan dilaporkan atau disajikan dalam statemen keuangan pada tanggal
tertentu.tujuan penilaian aset adalah merepresentasi atribut pos-pos aset yang
berpaut dengan tujuan pelaporan keuangan dengan menggunakan basis penilaian
yang sesuai. Penilaian dapat didasarkan pada nilai masukan atau keluaran
bergantung pada tujuan merepresentasi aset. Secara umum nilai masukan
terdiriatas harga jual masalalu, harga jual sekarang, dannilai terealisasi
harapan. Nilai aset secara umum didasarkan pada nilai pertukaran dengan
mempetimbangkan objektifitas penilaian dan relevansi terhadap aliran kas. Oleh kerena
itu, tiap dasar penilaian mempunyai keunggulan dan kelemahan serta kondisi
kterterapannya.
Pngakuan
dan penyajian aset biasanya ditentukan dalam standar akuntansi yang mengatur
tiap pos aset. Masalah akuntansi yang menyangkut pengakuan biasanya berkaitan
dengan masalah apakah suatu kos atau jumlah rupiah yang terlibat dalam
tansaksi, kejadian, atau keadaan tertentu dapat diasetkan. Hal ini biasanya
berkaitan dengan antara lain sewaguna, bunga selama masa konstruksi aset tetap,
riset, dan pengembangan, eksplorasi minyak dan gas bumi, rugi selisih kurs
valuta asing, dan sumber daya manusia.
Minggu, 09 April 2017
Konsep Dasar
Konsep dasar secara implisit melekat pada tiap penalaran dalam
perekayasaan akuntansi. Konsep dasar merupakan abstraksi atau konseptualisasi
karakteristik lingkungan akuntansi. Konsep dasar bersifat asumsi yang
validitasnya tidak selalu diuji tetapi bermanfaat sebagai basis penalaran.
Berbagai sumber menyajikan daftar konsep dasar yang berbeda-beda
karena perbedaan persepsi terhadap arti penting suatu konsep untuk disebut
sebagai konsep dasar. Konsep dasar yang satu dalam banyak hal merupakan turunan
atau konsekuensi dari konsep dasar yang lain. Konsep dasar yang dikemukakan Paton&Littleton
cukup lengkap dan terpadu dan dijadikan basis pembahasan dalam buku ini.
Kesatuan usaha harus
dianggap sebagai badan atau orang yang berdiri sendiri dan bertindak atas
namanya sendiri serta terpisah dari pemilik. Batas kesatuan usaha adalah
ekonomik bukan yuridis. Hubungan antara pemilik dan kesatuan usaha merupakan
hubungan bisnis (utang-piutang). Fungsi
manajemen terpisah dengan fungsi pemilikan sehingga diperlukan
pertanggungjawaban dalam bentuk statemen keuangan. Pendapatan dan biaya
dipandang sebagai perubahan asset kesatuan usaha bukannya perubahan kekayaan
pemilik. Karena hubungan bisnis harus dipertahankan, seperangkat statemen
keuangan berartikulasi.
Kesatuan usaha dianggap akan berlangsung dan beroprasi terus dan
tidak ada maksud untuk membubarkan. Data keuangan akan terjadi dan mengalir
terus setiap waktu akibat kegiatan yang berlangsung terus tersebut. Kemajuan
kesatuan usaha tidak dievaluasi pada saat likuidasi karena memang bukan
likuidasi yang menjadi tujuan perusahaan. Aliran data harus dipenggal menjadi
beberapa seri aliran dengan satuan waktu sebagai wadah penggalang. Statemen
laba-rugi menjadi statemen yang sangat penting untuk menilai kemampuan melaba
sementara neraca merupakan sarana untuk menunjukkan sisa potensi jasa.
Informasi keuangan yang dituangkan dalam statemen keuangan periodik harus
dianggap bersifat sementara (tentatif) dan bukannya tuntas (final). Informasi
keuangan jangka panjang yang terdiri atas serangkain statemen kronologis akan lebih
objektif dan dapat diandalkan dibandingkan dengan laporan untuk satu penggalan
waktu saja.
Kos atau penghargaan sepakatan merupakan bahan olah akuntansi yang paling
objektif. Setiap objek yang terlibat
dalam transaksi atau kejadian harus dinyatakan dalam bahan olah ini agar dapat
diproses lebih lanjut. Kos merupakan pengukur atau pengkuatifikasi untuk
menyatakan berbagai macam objek. Kos mempresentasi realitas kegiatan ekonomi
kesatuan usaha untuk menghasilkan informasi semantik tentang realitas tersebut.
Kos adalah pengukur sedangkan biaya adalah elemen atau objek yang diukur.
Kos melekat pada objek kegiatan yang kontinus dalam upaya
mnghasilkan pendapatan. Untuk mempresentasikan kegiatan tersebut,akuntansi
menggunakan kos untuk merunut kegiatan produktif kesatuan usaha. Akuntansi
menggambungkan berbagai kos yang melekat pada tiap komponen kegiatan tanpa
memperhatikan nilai ekonomi baru yang melekat pada barang yang dihasilkan.
Tambahan utilitas barang atau produk diakui setelah terjadinya transaksi
penjualan dan kos baru sebagai penghargaan masuk ke kesatuan usaha.
Biaya merupakan upaya untuk mendatangkan hasil berupa pendapatan.
Tidak ada pendapatan tanpa biaya. Kos yang melekat ada barang atau jasa yang diserahkan
kepada pembeli merupakan pengukur upaya (effort) sedangkan kos yang
masuk ke kesatuan usaha dari pembeli atas penyerahan barang atau jasa tesebut
merupakan pengukur hasil (accomplishment) yang dicapai. Laba yang tepat
dapat diukur kalau kos yang keluar (sebagai pengukur upaya) ditandingkan atau
diasosiasi dengan “kos” yang masuk (sebagai pengukur hasil) dengan penakaran
yang tepat. Penakar penandingan dapat berupa unit produk (alasan ideal) atau
periode waktu (alasan kepraktisan).
Informasi keuangan akan dapat diandalkan dan tidak menyesatkan
kalau informasi tesebut didukung dengan bukti yang objektif dan dapat diuji
kebenarannya (terferivikasi). Tidak seperti ilmu pasti, akuntansi tidak
mendasarkan diri pada objektifitas dan veriabilitas mutlak melainkan pada
objektivitas dan verifiabilitas relative atas dasar pertimbangan keadaan dan
fakta yang melingkupi suatu transaksi atau kejadian.
Akuntansi memerlukan asumsi-asumsi sebagai landasan penalaran.
Konsep dasar dalam banyak hal merupakan asumsi atau paling tidak dilandasi oleh
asumsi-asumsi yang validitasnya sulit diuji secara objektif tetapi bermanfaat untuk basis pemilihan konsep
atau prinsip. Validitas konsep dasar hanya dapat dievaluasi atas dasar intuisi,
harapan nomal, atau realitas empiris.
Akuntansi yang dikenal sekarang ini sebenarnya dilandasi oleh suatu
lingkungan yang melindungi atau mengakui hak milik pribadi sehingga
pertanggungjawaban bisnis menjadi sangat penting.
Keseragaman dalam pelaporan merupakan syarat untuk membantu
pembandingan. Akan tetapi, keseragaman yang kaku justru akan menyembunyikan
karakteristik penting yang harus diungkapkan secara unik. Oleh karena itu,
standart akuntansi harus memberi keleluasan kepada kesatuan usaha secara
individual dalam batas-batas yang realistik dan bermakna (meaningful) untuk
menyajikan informasi yang paling sesuai dengan karakteristik usahanya.
Konservatisma merupakan konsep dasar yang menjadi landasan penentu
perlakuan akuntansi dalam kondisi ketidakpastian. Secara umum, akuntansi
menghadapi pilihan untuk mengakui pendapatan (laba) atau rugi yang kepastiannya
bergantung pada keadaan di masa datang.
Pengendalian internal yang baik merupakan prasyarat tercapainya
keterandalan data akuntansi. Pengendalian internal yang memadai memungkinkan
dicapainya keterverifikasian dan keobjektifan bukti yang paling tinggi. stuktur
pengendalian internal menjadi sasaran bagi auditor untuk dievaluasi untuk
menentukan luasnya pengumpulan bukti audit.
Minggu, 02 April 2017
Rerangka Konseptual-Suatu Model
Rerangka
konseptual versi FASB merupakan suatu model hasil perekayasaan yang dapat
dijadikan acuan penalaran untuk pengembangan rerangka acuan baru untuk
konteks lingkungan yang berbeda. Model ini dipilih karena rerangka ini merupakan
model peratama yang disusun dan memuat secara lengkap penjelasan, penalaran,
dan argument sehingga sangat cocok untuk bahan pembelajaran dan pendidikan
teori akuntasi.
RK
FASB memuat empat komponen konsep utama yaitu: tujuan pelaporan keuangan (bisnis
dan non bisnis), karakteristik kualitatif informasi, elemen statemen keuangan,
dan pengukuran dan pengakuan (termasuk penggunaan nilai sekarang). Rerangka ini
merupakan kulminasi dari upaya-upaya sebelumnya oleh berbagai badan dan komite
eksekutif AAA sampai komite Trueblood. Komponen-komponen tersebut berkaitan
secara logis dan koheren serta menggambarkan tahapan proses perkayasaan
pelaporan keuangan.
Tujuan
merupakan komponen utama rerangka konseptual. FASB berusaha untukmelekatkan
tujuan fungsional akuntansi dengan memfokuskan pada investor dan kreditor
sebagai pihak dominan yang dituju. Pemfokusan tersebut didasarkan atas konteks
lingkungan di Amerika. Secara implicit RK FASB disusun dalam rangka membantu
pencapaian tujuan ekonomik nasional. Keputusan investasi dan kredit adalah
keputusan yang ingin dilayani oleh penyediaan informasi melalui pelaporan
keuangan. Untuk organisasi non bisnis, tujuan pelaporan adalah melayani
berbagai keputusan nasional tentang alokasi dana ke organisasi non bisnis.
Tujuan
pelapoan menentukan karakteristik kualitatif informasi yang harus disediakan. Agar
bermanfaat, informasi akuntansi harus berpaut dengan keputusan dan terandalkan.
Keberpautan dan keterandalan meupakan kualitas yang harus adadan melekat pada
tiap informasi. Terdapat saling-korban antara kedua kualitas tersebut tetapi
penekanan pada salah satu kualitas tidak berarti meniadakan kualitas yang lain.
Karakteristik kualitatif merupakan
suatu hierarki yang menjadi dasar untuk
menentukan apakah suatu informasi akan disajikan melalui statemen keuangan atau
media pelaporan lainnya.
Atas
dasar tujuan pelaporan dan kualitas informasi, harus di identifikasi fenomena atau
realitas dan di simbolkannya secara tepat melalui elemen statemen keuangan. Elemen
statemen keuangan adalah makna (meaning)
atau konstruksi (construct) yang sengaja ditentukan untuk merepresentasi
realitas kegiatan perusahaan sehingga oang dapat membayangkan realitas tersebut
tanpa harus menyaksikan sendiri secara fisis kegiatan tersebut. Elemen-elemen
statemen keuangan memuat system informasi sematik yang berpaut dengan keputusan investasi
dan kredit yaitu posisi keuangan, perubahan posisi keuangan, kemampuan melaba,
kemampuan menciptakan aliran kas, kinerja manajemen, dan pertanggung jawaban
manajemen.
Elemen-elemen
statemen keuangan harus diukur untuk membentuk informasi sematik yaitu elemen (object),
ukuran (size), dan hubungan (relationship). Pengukuran adalah
penentuan besarnya unit pengukur yang akan dilekatkan pada suatu objek (elemen
atau pos) yang telibat dalam suatu transaksi, kejadian, atau keadaan untuk
mempresentasi makna (atribut) objek tersebut sehingga dua objek atau lebih
dapat dibedakan dan dipebandingkan atas dasar makna tersebut.
Empat
kriteria pengakuan utama (fundamental) adalah definisi, kterukuran,
keberpautan, dan keterandalan dalam lingkup kualitas informasi batas atas
(benefit>kos) dan batas bawah (materialitas).
Harus
dibedakan antara pelaporan keuangan dan statemen keuangan. Keduanya mempunyai
tujuan yang sama tetapi suatu informasi akan lebih baik (efektif) disampaikan
melalui statemen keuangan sementara informasi yang lain akan lebih baik
disampaikan melalui media selain statemen keuangan.
Minggu, 26 Maret 2017
Perekayasaan Pelaporan Keuangan
PEREKAYASAAN PELAPORAN KEUANGAN
Kenapa
pelaporan keuangan perlu direkayasa? Apa mungkin teori akuntansi mengajari cara
untuk korupsi? Hahaa coba berfikir positif, katakan NO pada korupsi ya man. Memang
sih akhir-akhir ini diberitakan mega korupsi E-KTP, tapi pasti teori akuntansi
nggak ngajari korupsi kok. Untuk itu mari kita pelajari bersama apa itu
Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Oke langsung saja. Eh tapi jangan ditiru ya
korupsi oleh wakil rakyat tersebut. Saya memakai buku Suwardjono.
Dengan
seperangkat pengetahuan akuntansi sebagai teknologi, orang akan mampu
merekayasa suatu mekanisme pelaporan
keuangan untuk suatu Negara. Salah satu tujuan yang dapat dicapai dengan perekayasaan
ini adalah alokasi sumber daya ekonomi secara efektif dan efisien. Pelaporan
keuangan nasional harus direkayasa secara seksama untuk mengendalikan alokasi
tersebut secara automatis dengan mempengaruhi perilaku pengambilan keputusan
ekonomi yang dominan melalui informasi keuangan. Agar terjadi pengendalian
automatis, penyedian informasi harus dilakukan dengan cara tertentu berupa
prinsip akuntansi berterima umum.
Pelaporan
keuangan adalah struktur dan proses yang
menggambarkan bagaimana informasi keuangan disediakan dan dilaporkan untuk
mencapai tujuan pelaporan keuangan yang pasti akan membantu pencapaian tujuan
ekonomik dan sosial Negara. pelaporan keuangan sebagai system nasional
merupakan hasil proses perekayasaan akuntansi.
Perekayasaan pelaporan keuangan adalah
pemikiran logis, deduktif, dan objektif untuk memilih dan mengaplikasi
ideologi, teori, konsep dasar, teknik, prosedur, dan teknologi yang tersedia
secara teoritis dan praktis untuk mencapai
tujuan Negara melalui tujuan pelaporan keuangan dengan mempertimbangkan
factor social, ekonomi, polotik, dan budaya Negara. Hasil perekayasaan
dituangkan dalam suatu dokumen resmi yang disebut rerangka konseptual yang
fungsinya dapat dianalogi dengan konstitusi.
Dari
segi semantika dalam teori komunikasi, perekayasaan pelaporan keuangan adalah
proses untuk menentukan bagaimana kegiatan fisis operasi perusahaan disimbolkan
dalam bentuk elemen-elemen statemen keuangan sehingga orang yang dituju oleh
statemen keuangan dapat membayangkan operasi perusahaan (paling tidak secara
financial) tanpa harus menyaksikan secara fisis kegiatan perusahaan.
Perekayasaan dilakukan oleh pihak nasional dan mempunyai wawasan teori
akuntansi yang kuat.
Sebagai
dokumen, rerangka konseptual akan berisi komponen konsep yang terdiri atas
tujuan (objectives) dan hal-hal mendasar (fundamentals) yang saling berkaitan.
Komponen konsep yang biasanya dicakupi dalam rerangka konseptual adalah tujuan
pelaporan keuangan, kiteria kualitas informasi, elemen-elemen statemen keuangan
dan pengukuran dan pengakuan. Sebagai konstitusi rerangka konseptual
menjelaskan, menentukan dan mengarahkan sifat, fungsi, dan pelaporan dan
statemen keuangan dalam suatu Negara.
Karena
rerangka konseptual mempertimbangkan faktor lingkungan tempat akuntansi
diterapkan, rerangka konseptual yang dihasilkan dapat berbeda satu Negara dengan
Negara lain. Keunggulan rerangka konseptual FASB terhadap IASC adalah dalam
aspek pendidikan.
Tiga
pengertian penting:
1.
Prinsip
akuntansi
Ialah segala ideology, gagasan, asumsi, konsep, postulat, kaidah,
prosedur, metoda, dan teknik akuntansi yang tersedia baik secara teoritis
danpraktis yang berfungsi sebagai pengetahuan.
2.
Standar
akuntansi
Ialah konsep, pinsip, metode, teknik, dan lainnya yang sengaja
dipilih dan diberlakukan dalam suatu lingkungan/ Negara dan dituangkan dalam
bentuk dokumen resmi (pernyataan) untuk dijadikan pedoman utama praktek
akuntansi.
3.
Prinsip
Akuntansi Berterima Umum (PABU)
Suatu rerangka pedoman yang terdiri atas standar akuntansi dan
sumber-sumber lain yang didukung berlakunya secara resmi, yuridis, teoritis,
dan praktis.
Langganan:
Postingan (Atom)